
INDEF Menggelar Diskusi Publik

W I | Jakarta, – Kamis, 07 Februari 2019, Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menggelar diskusi publik di Restauran Rantang Ibu, Gedung Nifarro Office Park, Jakarta Selatan, dengan tema “Tantangan Mendorong Pertumbuhan dan Menarik Investasi di Tahun Politik” bersama pembicara-pembicara yang pakar akan hal tersebut.
Diskusi publik tersebut diawali oleh paparan dari pembicara pertama, Agus Djoko Saptono sebagai perwakilan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Beliau mengatakan, bahwa pertumbuhan investasi di 2019 melambat karena faktor tahun politik, dimana Pemilihan Presiden dan Pemilihan Calon legislatif sedang berproses di Negara Indonesia saat ini.
Sementara itu, pembicara kedua, Ariyo DP Irhanma (Peneliti INDEF) memaparkan catatan kritis mengenai FDI di Indonesia, dimana beliau menguraikan beberapa Other Issues yang dihadapi Indonesia dalam mendorong pertumbuhan dan menarik investasi di tahun politik ini.
“Other Issues tersebut adalah Special Economics Zone, Investment Permit, Technology Transfer, Incentive, Investment Spillover, dan Investment Promotion.” ujarnya.
Perlambatan investasi yang terjadi di tahun 2019 ini diakibatkan juga oleh faktor regulasi, dimana para investor akan lebih wait and see, terutama di sektor industri dan manufaktur, karena para investor cenderung lebih sensitif dari sisi regulasi yang akan dikeluarkan oleh pasangan calon yang terpilih pada pemilu dan pilpres nanti.
Muhammad Zulfikar Rakhmat, sebagai pembicara ketiga, memaparkan peluang dan tantangan dari investasi China di Indonesia.
“Faktor terbesar mengapa investasi China di Indonesia meningkat adalah, karena saat ini China tidak hanya mengekspor – impor barang spare part, makanan, dan elektronik saja. Namun China juga menambah ekspor – impor pada bidang energi, logistik, dan infrastruktur.” urainya.
Kemudian, menutup diskusi publik tantangan mendorong pertumbuhan dan menarik investasi di tahun politik, Muhammad Nawir Messi (Ekonomi Senior INDEF) sebagai pembicara keempat mengatakan, bahwa pertumbuhan dan investment Indonesia sekarang sudah berada pada level income perkapita negara berpendapatan menengah.
“Indonesia untuk bisa bangkit naik kelas, masuk ke dalam kelompok negara-negara berpendapatan tinggi, maka Indonesia harus tumbuh rata-rata 7,5 % pertahun”. tegasnya. [IF]